Laporan: W Mei DA | Editor: Tedy M
Gosiphangat.com – Bestiee! Siapa sangka tradisi sedekah laut yang biasanya khidmat malah jadi penuh adrenalin kali ini.
Paguyuban Nelayan Sub VII Kebonjati Cilacap baru aja melarung jolen ke tengah laut Karangbolong. Eh, ternyata disambut ombak gede dan kondisi laut lagi rob! Uwuwu~ deg-degan tapi seruuu!
Tapi santuy ya, katanya emang setiap kali larung jolen suasananya begitu, bestie. Lautan bergelombang, angin ribut tipis-tipis, tapi justru itu yang bikin makin greget dan nagih! Apalagi kalau kamu baru pertama ikut, siap-siap spot jantung naik level!
Tradisi kece ini udah turun-temurun digelar di bulan Suro oleh nelayan-nelayan keren Bumi Wijayakusuma. Wujud syukur mereka atas rezeki yang diberikan Allah SWT lewat laut yang tak pernah ingkar janji. Jumat Kliwon (27/6/2025) jadi hari penuh berkah sekaligus penuh tantangan!
Yang bikin tambah heboh, tahun ini sedekah laut dikemas kece abis jadi Gebyar Budaya Festival Pesta Laut 2025! Pemkab Cilacap turun tangan langsung, loh, dan katanya biar makin menarik wisatawan lokal dan internasional. Wuih, mantap jiwa!
Ketua Paguyuban Nelayan Sub VII Kebonjati, Mas Supri, ngasih pernyataan yang ngena banget, “Festival ini menjadi wadah bagi masyarakat nelayan untuk mengangkat kearifan lokal, mempertahankan, dan melestarikan budaya leluhur masyarakat pesisir (nelayan) Bumi Wijayakusuma.”
Mas Supri juga blak-blakan soal perbedaan tahun ini, “Kalau sekarang, sedekah laut atau pesta laut diganti namanya jadi Gebyar Budaya Festival Nelayan Pesta Laut 2025. Nama itu dari HNSI dan KUD Mino Saroyo. Tahun ini kita hanya larung satu jolen aja, tahun kemarin dua.”
Dan jangan salah, ya, meskipun cuma satu jolen, prosesinya tetap sakral dan wah. Dana buat festival ini juga bukan dari angin, tapi hasil gotong royong nelayan, juragan kapal, dan pengusaha sekitar Kebonjati. Solid banget, kan, gengs!
Soal jolen, ternyata bentuk dan isinya tergantung selera dan hasil musyawarah. “Setiap tahun beda, sesuai kesepakatan anggota,” tambah Supri, yang juga warga RT 03 RW 07 Kebonjati, Cilacap Selatan.
Oh iya, sebelum larung, mereka juga ngadain rapat dulu biar semua sepakat dan kompak. Tahun ini memang pilihannya satu jolen aja karena lebih simpel dan efisien.
Supri juga bilang kalau dulu Kebonjati biasanya gabung sama Semtolo Kawat, tapi sekarang lebih mandiri. Keren, ya, mandiri dan tetap nguri-uri budaya!
Supri berharap tradisi ini terus hidup dan makin ramai tiap tahun. “Kegiatan ini sebagai wujud rasa syukur nelayan kepada Tuhan YME. Mudah-mudahan tahun depan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.”
Meski tahun ini hasil tangkapan biasa aja, Supri tetap bersyukur. “Alhamdulillah, masih ada hasil walaupun tidak rejeh (melimpah). Istilahnya paceklik tidak, panen juga tidak,” tuturnya adem ayem.
Mantap, ya! Tradisi + keberanian + budaya = vibes yang nggak bisa digantiin! Kita tunggu tahun depan makin kece, makin rame, dan makin banyak wisatawan yang ikut nikmatin sensasi deg-degan di tengah laut bareng para nelayan hebat Kebonjati!